Jumat, 25 Oktober 2013

Sistem Regulasi & Mekanisme Kontrol Kardiovaskuler



SISTEM REGULASI DAN MEKANISME KONTROL
KARDIOVASKULER
 

 



OLEH
FAUZYATI SAEPUDIN
910312906105. 192


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIK) AVICENNA
KENDARI
T.A.2012/2013

BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung, darah dan pembuluh darah, jantung terletak pada mediastinum rongga dada. Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri otot. System kardiovaskuler berawal di jantung, sebuah pompa berotot yang berdenyut secara ritmis dan berulang 60-100x/menit.
Dalam sistem kerjanya jantung mempunyai 3 periode yaitu :
1.    Periode kontriksi (periode sistole).suatu keadaan ketika jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup.katup bikus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup,valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris arteri pulmonalis terbuka,sehingga darah dari ventrikel dekstra mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke paru – paru kiri dan kanan. Sedangkan darah dari ventrikel sinistra mengalir ke aorta di edarkan diseluruh tubuh.
2.    Periode dilatasi (diastole).suatu keadaan ketika jantung mengembang. katup bikus dan trikuspidalis terbuka , sehingga darah dari atrium sinistra masuk ke ventrikel sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra. Selanjutnya darah yang ada di paru – paru kiri dan kanan melalui vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan darah dari seluruh tubuh melalui vena kava masuk ke atrium dekstra.
3.    Periode istirahat, yaitu waktu antara periode kontriksi dan dilatasi ketika jantung berhenti kira – kira 1/10 detik. Pada waktu beristirahat jantung akan menguncup sebanyak 70 – 80 kali /menit.pada tiap – tiap kontraksi jantung akan memindahkan darah ke aorta sebanyak 60 – 70 cc.
Fungsi sistem kardiovaskular adalah memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme. Secara normal setiap jaringan dan organ tubuh akan menerima aliran darah dalam jumlah yang cukup sehingga jaringan dan organ tubuh menerima nutrisi dengan adekuat. Daya dorong ventrikel kiri harus lebih kuat karena harus mendorong darah keseluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah sistemik. Meskipun ventrikel kanan memompakan darah yang sama tetapi tugasnya hanya mengalirkan darah ke paru – paru.
Pada jantung terdapat 3 lapisan yaitu pericardium (Perikardium adalah kantung yang membungkus jantung pada manusia dan beberapa jenis hewan yang mempunyai fungsi utama sebagai dinding terluar jantung.)  Miokardium dan endokardium,yang merupakan komponen dalam pengaturan mekanisme kardiovaskuler terutama pada lapisan miokardium.


B.   RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang dapat ditentukan yaitu sebagai berikut :
1.    Definisi sistem regulasi kardiovaskuler.
2.    Bagaimana mekanisme regulasi kardiovaskuler.
3.    Bagaimana mekanisme kontrol sistem kardiovaskuler.

C.   TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat disimpulkan tujuan yang di harapakan yaitu sebagai berikut :
1.    Untuk mengetahui definisi dari sistem regulasi kardiovaskuler.
2.    Untuk mengetahui mekanisme regulasi kardiovaskuler.
3.    Untuk mengetahui mekanisme kontrol sistem kardiovaskuler.






BAB II
PEMBAHASAN
A.   SISTEM REGULASI KARDIOVASKULER
1.    Definisi system regulasi kardiovaskuler
Sistem regulasi kardiovaskuler merupakan suatu mekanisme kerja jantung yang dilakukan oleh jantung tanpa pengaruh dari luar,dimana jantung memompa darah keseluruh bagian tubuh. Yang memiliki peranan dalam proses kontraksi dan relaksasi dalam jantung adalah otot jantung itu sendiri.
Otot jantung terdiri atas 3 tipe yaitu otot atrium, otot ventrikel, dan serat otot khusus penghantar rangsangan/sebagai pencetus rangsangan.otot atrium dan ventrikel bekerja dengan cara yag sama seperti otot rangka dengan kontraksi yang lebih lama. Sedangkan serat khusus penghantar dan pencetus rangsangan berkontraksi dengan lemah karena serat – serat ini hanya mengandung serat kontraktif malahan serat ini menghambat irama dan berbagai kecepatan konduksi sehingga serat ini bekerja sebagai suatu sistem pencetus rangsangan bagi jantung.
Secara umum, otot jantung mempunyai fungsi, yakni:
1)    Sebagai ritmisitas / otomatis
2)    Tidak dapat berkontraksi tetanik
3)    Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot

2.    Regulasi Kardiovaskuler
Beberapa variabel yang mempengaruhi regulasi kardiovaskuler yaitu curah jantung (cardiac output), tahanan peripheral (peripheral resistance), dan tekanan darah (blood pressure).
Regulasi kardiovaskuler bertujuan untuk perubahan aliran darah tepat waktu, berada di dalam area yang benar dan tidak menimbulkan perubahan tekanan dan aliran darah secara drastis pada organ vital. Mekanisme yang mempengaruhi regulasi kardiovaskular yaitu mekanisme autoregulasi lokal, saraf, dan hormonal (Martini, 2001).
Regulasi kardiovaskuler secara umum dapat dilihat pada gambar berikut.
Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa keadaan homeostasis tubuh dapat mengalami gangguan yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti :stress fisik (trauma, suhu yang tinggi), perubahan kimia (penurunan O2 atau pH, peningkatan CO2 atau prostaglandin), dan peningkatan aktivitas jaringan.
Gangguan homeostasis tersebut akan mengakibatkan tekanan darah dan aliran darah berkurang pada jaringan, sehingga akan merangsang autoregulasi local menurunkan tahanan dan peningkatan aliran darah. Namun apabila autoregulasitidak efektif, maka mekanisme saraf akan menstimulasi reseptor-reseptor yangsensitive untuk mengubah komposisi kimia dan tekanan darah sistemik yangselanjutnya mengaktifkan pusat kardivaskuler.
Pada saat terjadi gangguan homeostasis akibat terjadi peningkatan volume darah dan tekanan darah, maka peranan peptide natriuretik atrium (ANP = Atrial Natriuretic Peptide) sangat penting dalam mengembalikan volume darah dan tekanan darah kembali normal. ANP merupakan protein yang diproduksi oleh sel-sel otot jantung pada dinding atrium kanan pada saat diastole (Martini, 2001). Jadi ANP dikeluarkan pada saat volume darah meningkat dan atrium jantung meregang secara berlebihan.
Regulasi jantung meliputi:
a)   Regulasi Heart Rate
Heart rate dipengaruhi sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis dengan epinefrin dan norepnefrin sebagai neurotrasmiternya menyebabkan peningkatan heart rate. Sedangkan sistem saraf parasimpatis melalui nervus vagus menyebabkan perlambatan heart rate. Heart rate juga dipengaruhi oleh kemoreseptor dan baroreseptor. Aktivitas kemoreseptor bertujuan menjaga kecukupan sirkulasi serebral (otak).
Sejauh ini sistem saraf yang dianggap terlibat dalam pengaturan (regulasi) sirkulasi adalah sistem saraf simpatis.sementra sistem saraf parasimpatis tidak langsung mempengaruhi sistem sirkulasi, tetapi mengatur kerja jantung yang nantinya berperan dalam sistem sirkulasi.
Pengaruh simpatis ini akan menyebabkan penyempitan (vasokontriksi) pembuluh darah sehingga resistensinya meningkat dan terjadi perubahan kecepatan aliran dan volume darah ke jaringan. Sementara itu pengaruhya pada jantung, menyebabkan kerja jantung meningkat dengan menambah denyut jantung (HR) dan kontraktilitas otot jantung.
Dalam regulasi oleh sistem saraf pada kardiovaskuler terdapat vasometer center yang terletak pada substansi retikullaris di daerah medulla oblongata dan 1/3 bagian pons serebri. Daerah inilah yang mentransmisikan impuls yang akan dibawa oleh serabut saraf simpatis dan parasimpatis mengatur kerja sistem impuls yang datang dari hipotalamus dan korteks serebri.
b)   Regulasi Stroke Volume
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dikeluarkan dari ventrikel kiri setiap kali kontraksi, diatur dengan Mekanisme (hukum) Starling. Volume ini dipengaruhi oleh jumlah darah di ventrikel kiri pada akhir diastole, tahanan terhadap semprotan ventrikuler kiri dan kontraktilitas miokard.

c)   Regulasi Cardiac Output
Cardiac output adalah jumlah darah yang di pompa ventrikel setiap menit, rata-rata berjumlah 4-5 liter/menit.Determinan utama dari curah jantung adalah kebutuhan oksigen jaringan dengan cara autoregulasi intrinsik yang mengubah preload dan stroke volume dan autoregulasi ekstrinsik atas pengaruh hormon epinefrin.
Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme control regulasi yang digunakan untuk meningkatkan suplai darah secara aktif ke jaringan dengan cara meningkatkan pengeluaran curah jantung (cardiac output). Pengaturan curah jantung bergantung pada hasil kali denyut jantung (heart rate), dan volume sekuncup (stroke volume).
d)    Regulasi Tekanan Darah
 Tekanan darah dipengaruhi oleh kemoresptor, tahanan perifer dan volume darah.




Faktor-faktor yang meregulasi (mengatur) tekanan darah bekerja untuk periode jangka pendek dan jangka panjang.
·         Regulasi Jangka Pendek
Regulasi jangka pendek diatur oleh system persarafan dan peranan pusat vasomotor seperti yang akan dijelaskan dibawah ini.
System persarafan
System persarafan mengontrol tekanan darah dengan memengaruhi tahanan pembuluh perifer. Tujuan utamanya seperti yang dijelaskan dibawah ini:
1.    Memengaruhi distribusi darah sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan bagian tubuh yang lebih spesifik, misalnya saat melakukan olahraga, maka distribusi darah ke system pencernaan dialihkan ke bagian tubuh yang terlibat dalam aktivitas tersebut, seperti otot rangka.
2.    Mempertahankan tekanan arteri rata-rata (MAP) yang adekuat dengan memengaruhi diameter pembuluh darah.



 






Gambar 1.3. Regulasi tekanan dan volume darah
Peranan Pusat Vasomotor
Umumnya control system persarafan terhadap tekanan darah melibatkan baroreseptor dan serabut-serabut eferennya, pusat vasomotor di medulla oblongata, serta serabut-serabut vasomotor dan otot polos pembuluh darah. Pusat vasomotor yang memengaruhi diameter pembuluh adalah pusat vasomotor yang merupakan kumpulan serabut saraf simpatis. Pusat vasomotor dan kardiovaskuler akan bersama-sama meregulasi tekanan darah dengan memengaruhi curah jantung dan diameter pembuluh darah.
Aktivitas vasomotor dimodifikasi oleh adanya informasi dan komponen berikut:
1.    Baroreseptor (mekanoreseptor) sensitive terhadap perubahan tekanan dan regangan arteri.
Refleks Baroreseptor
Mekanisme reflex baroreseptor dalam meregulasi perubahan tekanan darah adalah dengan cara melakukan fungsi reaksi cepat dari baroreseptor yaitu dengan melindungi siklus selama fase akut dari perubahan tekanan darah.
2.    Kemoreseptor, yaitu reseptor yang berespons terhadap perubahan kadar O2, CO2, dan Hidrogen dalam darah.
Refleks Kemoreseptor
Apabila kandungan O2/pH darah turun atau kadar CO2 dalam darah meningkat, maka kemoreseptor yang ada di arkus aorta dan pembuluh-pembuluh darah besar dileher mengirim impuls ke pusat vasomotor dan terjadilah vasokontriksi.
3.    Pusat otak tertinggi (Hipotalamus dan Serebrum) dan juga hormon-hormon tertentu serta kimia darah lainnya.
Pengaruh Pusat Otak Tertinggi
Reflex yang meregulasi tekanan darah diintegrasikan pada batang otak (medulla). Walaupun korteks serebri dan hipotalamus tidak terlibat secara rutin dalam mengontrol tekanan darah, pusat otak tertinggi ini dapat memodifikasi tekanan darah arteri melalui penyaluran ke pusat medialis.

·         Regulasi Jangka Panjang
Regulasi jangka panjang lebih banyak ditentukan oleh regulasi ginjal. Sebagaimana yang akan dijelaskan dibawah ini.
Regulasi Ginjal
Walaupun baroreseptor bekerja untuk jangka pendek, tetapi baroreseptor dengan cepat beradaptasi untuk meregulasi peningkatan atau penurunan tekanan darah yang berlangsung lama atau keadaan yang kronis.
            Ginjal mempertahankan homeostasis tekanan darah dengan meregulasi volume darah, seperti pada gambar 1.3.
            Peningkatan volume darah diikuti dengan peningkatan tekanan darah dan semua zat yang meningkatkan tekanan darah, seperti konsumsi garam yang berlebihan akan menyebabkan penahanan air yang selanjutnya meningkatkan tekanan arteri rata-rata. Dengan proses yang sama, penurunan volume cairan akan menurunkan tekanan darah. Peningkatan volume darah serta tekanan darah juga merangsang ginjal untuk mengeluarkan cairan. Ginjal bekerja, baik langsung maupun tidak langsung dalam meregulasi tekanan arteri dan bekerja untuk mekanisme jangka panjang dalam mengontrol tekanan darah.

B.   TEKANAN DARAH
1.    Pengertian Tekanan Darah
Tekanan  darah adalah  gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung  keseluruh tubuh atau tenaga yang terdapat pada dinding arteri saat darah dialirkan. Tenaga ini mempertahankan aliran darah dalam arteri agar tetap lancar. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 dan  diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).
Karena pembuluh darah darah terbagi 2, yaitu arteri dan vena, maka tekanan darah juga dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu tekanan darah arteri dan tekanan darah vena.
2.    Rumus Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah yang kita kenal sehari-hari adalah adalah tekanan darah arteri, yang pengukurannya menggunakan alat yang disebut sphygmomanometer atau tensi, bahasa umumnya. Sedangkan tekanan darah vena diukur dengan menggunakan CVP (Central Venous Pressure) atau tekanan vena sentral.
Dalam mengukur tekanan darah arteri, kita mengukur bagaimana kondisi jantung dalam memompa darah. Ada dua hasil yang dapat ditemui. Yaitu sistolik dan diastolik, seperti yang orang awam ketahui pada umumnya. Tekanan tertinggi terjadi selama ejeksi jantung dan disebut tekanan sistolik (Normalnya 120 mmHg), yaitu saat menutupnya katup trikuspidalis dan katup bikuspidalis (mitral) ditandai dengan terabanya denyut nadi, serta ventrikel kontraksi. Titik terendah dalam siklus ini disebut diastolik yaitu saat menutupnya katup semilunaris aorta dan semilunaris pulmonalis ditandai dengan tidak terabanya denyut nadi, serta ventrikel relaksasi (Normalnya 80mmHg). Selisih tekana sistolik dan tekanan diastolik disebut Pulse Pressure (Tekanan Nadi) dan akan terus berubah sesuai dengan pertambahan usia.
Sedangkan pengukuran tekanan darah vena, dapat diukur dengan CVP. Nilai normalnya di sternum 0 – 5 cmH2O, Midaxilla line = 5 – 15 cmH2O
Kembali ke pengukuran tekanan darah arteri, karena didapatkan dua hasil (Sistolik dan diastolik), maka kita perlu mencari tekanan arteri yang sebenarnya. Tekanan darah arteri rata-rata bisa didapatkan dengan sebuah rumus yaitu :
MAP = (S + 2D)/3
MAP   = Mean Arterial Pressure/tekanan arteri rata-rata
S         = Tekanan darah sistolik
D         = Tekanan darah diastolik
Jadi perhitungannya, apabila seseorang mempunyai tekanan darah arteri 120/80 mmHg, maka MAP/tekanan arteri rata-ratanya adalah (120 + 160) atau 280/3 yaitu 93,4 mHg.
Hal ini penting diketahui oleh dokter dan perawat, karena tekanan darah arteri menggambarkan kondisi tekanan darah yang ada pada darah saat keluar dari jantung. Tekanan yang rendah mengakibatkan suplai darah kurang ke jaringan. Sehingga, oksigen dan sari-sari makanan tidak tersampaikan, dan akhirnya dapat terjadi penurunan metabolisme tubuh. Kondisi ini yang dinamakan dengan hipoksia.
3.    Fisiologi Tekanan Darah
Untuk memahami penyakit-penyakit yang berhubungan dengan nilai tekanan darah, seperti Hipertensi (tekanan darah tinggi) atau Hipotensi (tekanan darah rendah), atau lebih jauh lagi Shock (Penurunan tekanan darah yang ekstrim, sehingga darah tidak dapat sampai ke organ-organ vital tubuh, dan terjadi kegagalan fungsi), dibutuhkan konsep dasar yang lebih dari itu.
Tekanan darah, secara fisiologi dapat didefinisikan sebagai
BP = CO x SVR
BP       = Blood Pressure/tekanan darah
CO      = Cardiac output/ Curah jantung (Jumlah darah yang keluar dari jantung dalam waktu 1 menit)
SVR    = Systemic Vascular Resisten/ Tahanan pembuluh darah sistemik (resistensi dinding pembuluh darah terhadap aliran darah. Sedangkan
CO = SV x P
SV       = Stroke Volume/volume sekuncup (jumlah darah yang dipompakan keluar jantung 1x pompaan)
P         = Pulse/Nadi dalam satu menit
Dengan kata lain, dapat diambil kesimpulan bahwa
BP = SV x P x SVR
Tekanan darah itu sendiri merupakan perkalian dari 3 komponen yaitu Stroke volume, nadi dan tahanan dinding pembuluh darah. Sehingga dengan kata lain, dapat kita simpulkan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi besar kecilnya tekanan darah yaitu, jumlah darah yang keluar dari jantung (SV), Denyut jantung (P) serta keadaan dinding pembuluh darah (SVR).
4.    Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005). Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga melebihi batas normal.
Hipertensi dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler dan dapat menimbulkan:
a)    Arteriosklerosis
Sklerosis merupakan kata yang  berasal dari bahasa Yunani yang artinya pengerasan, jadi arteriosklerosis adalah pengerasan yang terjadi pada arteri. Arteri  yang  sehat   adalah  arteri  yang  fleksibel,  kuat  dan  elastis. Lapisan  dalamnya  mulus  sehingga  darah  dapat  melaluinya  tanpa  hambatan. 
Setelah  bertahun-tahun,  dengan  banyaknya  tekanan  pada  arteri  maka  dinding  arteri  akan  menjadi  tebal  dan  kaku, terkadang  arteri  yang  kaku  di  lengan  bawah  dapat  teraba dan  terasa  seperti  pipa-pipa  kecil  yang  keras  (Sheps,  2005).
b)    Aterosklerosis
Kata  aterosklerosis  berasal  dari  bahasa  Yunani  yang  kata ather berarti  bubur, yang merupakan timbunan  lemak  di  dalam  pembuluh  darah  yang lembek  seperti  bubur.  Hipertensi  dapat  mempercepat  penumpukan  lemak  di  dalam  dan  di  bawah   lapisan  dinding  arteri, penumpukan lemak dalam jumlah besar disebut plak, lama-kelamaan plak dapat mengeras dan dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah (Sheps,  2005).
c)    Aneurisma
Aneurisma adalah pembuluh darah yang tidak elastis lagi dan melemah dan akan menimbulkan titik-titik tertentu pada dindingnya yang menggelembung seperti balon. Pada awalnya aneurisma tidak menimbulkan gejala apa - apa, namun pada tahap lanjut,  aneurisma pada arteri otak dapat menimbulkan gejala sakit kepala hebat yang tidak bisa hilang. Aneurisma di arteri perut dapat menyebabkan sakit perut yang berkepanjangan  dan sakit pinggang pada bagian bawah. Bahaya paling besar pada aneurisma adalah kemungkinan bocor atau pecahnya pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan yang fatal (Sheps,  2005).
d)    Penyakit arteri koronaria
Penyakit arteri koronaria adalah penyait akibat dari kerusakan pada arteri utama yang memberi pasokan  darah pada otot jantung. Penimbunan   plak  dalam  arteri  sering  dijumpai  pada  seseorang  dengan  tekanan  darah  tinggi.  Plak  mengurangi  aliran  darah   ke  otot  jantung  sehingga  dapat  menyebabkan  serangan  jantung  (Sheps,  2005).
e)    Infark Miokard
Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak   dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
f)     Gagal jantung
  Gagal jantung yaitu dimana  jantung tidak kuat memompa darah yang kembali ke jantung dengan cepat, akibatnya cairan terkumpul di dalam paru-paru, kaki dan jaringan lainnya, keadaan ini disebut edema. Cairan dalam paru-paru menyebabkan sesak nafas, sedangkan cairan yang di tungkai menyebabkan kaki membengkak (Sheps,  2005).
g)    Otak
Hipertensi dapat menganggu sistem kerja otak dan dapat menyebabkan:
·         Stroke iskemik
Stroke iskemik adalah stroke yang biasanya mengenai bagian otak serebrum yaitu bagian yang mengatur  gerakan, bahasa dan rasa. Stroke ini disebabkan oleh penyumbatan yang terjadi di pembuluh darah akibat menumpuknya plak dalam arteri, sehingga terjadi pusaran aliran darah di sekitar plak yang merangsang terjadinya pembentukan berupa gumpalan darah (Sheps,  2005).
·         Stroke hemoragis
Stroke hemoragis yaitu stroke yang terjadi akibat bocor atau pecahnya pembuluh darah di dalam otak.  Darah  yang  mengalir  keluar  menggenangi  jaringan  otak  sekitarnya,  sehingga  merusak  jaringan  tersebut.  Sel - sel  otak  yang  jauh  dari  lokasi  kebocoran  ataupun  robekan  itu  juga  ikut  rusak  karena  kekurangan  darah  (Sheps,  2005).
·         Dimensia
Dimensia yaitu hilangnya daya ingat dan kemampuan mental. Hasil  penelitian  menyatakan  bahwa  hipertensi  dapat  menyebabkan  dimensia. Resiko  demensia  ini  meningkat  secara  tajam  pada  usia  70  tahun  ke  atas.  Sejak  saat  hipertensi  didiagnosa,  dimensia  dapat   timbul  beberapa  tahun  kemudian  (Sheps,  2005).

C.   MEKANISME KONTROL KARDIOVASKULER
Dalam pengontrolan sistem kardiovaskuler terdapat 2 mekanisme yaitu:
1.    Heterometric autoregulasion yaitu peningkatan serabut miokardium yang mengakibatkan kekuatan kontraksi.
2.    Homeometric autoregulation yaitu frekuensi daripada kontraksi dan temperatur mempengaruhi kekuatan kontraksi untuk suatu panjang serabut miokard tersebut. Myocardial yang meningkat akan meningkatkan kekuatan kontraksi. Kekuatan kontraksi akan meningkat dengan meningkatkannya frekuensi kontraksi.
Denyut jantung (heart rate) normalnya berkisar 70 kali per menit. Denyutan jantung ini dikontrol sendiri dari dalam jantung melalui mekanisme regulasi dari SA Node, AV Node, dan system Purkinye.
Dalam keadaan normal, regulasi denyut jantung dapat juga mendapat respon dari saraf simpatis dan parasimpatis melalui system saraf otonom. Mekanisme yang terjadi adalah saraf simpatis akan meningkatkan denyut jantung. Sedangkan stimulasi saraf parasimpatis menghambat meningkatnya denyut jantung melalui nervus vagus.
1.    Refleks-Refleks Kardiovaskuler
Ada 4 refleks utama yang menjadi media system saraf otonom untuk meregulasi denyut jantung, yaitu:
a)    Refleks Baroreseptor
Refleks baroreseptor merupakan refleks paling utama dalam menentukan control regulasi dari denyut jantung dan tekanan darah. Baroreseptor (mekanoreseptor) sensitive terhadap perubahan tekanan dan regangan arteri. Baroreseptor menerima rangsangan dari peregangan atau tekanan yang berlokasi di arkus aorta dan sinus karotikus. Reseptor ini di rangsang oleh distensi dan peregangan dinding aorta atau arteri karotis.






Gambar 1.4 skema lokasi Baroreseptor
Pada saat tekanan darah arteri meningkat dan arteri meregang, reseptor-reseptor ini dengan cepat mengirim impulsnya ke pusat vasomotor. Selanjutnya terjadi penghambatan pusat vasomotor yang mengakibatkan vasodilatasi tidak hanya terjadi pada arteriol, tetapi juga pada vena dan menurunkan tekanan darah.
Dilatasi arteriol menurunkan tahanan perifer dan dilatasi vena menyebabkan darah menumpuk pada vena, sehingga mengurangi aliran balik (venous return) yang menyebabkan terjadinya penurunan curah jantung. Impuls aferen dari baroresptor juga mencapai pusat jantung yang akan merangsang aktivitas parasimpatis dan menghambat pusat simpatis (kardioakselerator), sehingga menyebabkan penurunan denyut dan daya kontraksi jantung. Sebaliknya. Penurunan tekanan arteri rata-rata menyebabkan refleks vasokontriksi dan meningkatkan curah jantung. Dengan demikian, tekanan darah meningkat.
Pada keadaan krisis hipertensi, baroreseptor mendapatkan respons dari peningkatan tekanan sinus karotikus dan arkus aorta, sehingga menghambat saraf simpatis menuju ke jantung dan pembuluh darah perifer. Pada waktu yang bersamaan, saraf parasimpatis menghambat kembali saraf vegal pada peningkatan SA Node. Kombinasi ini akan memberikan reaksi berupa penurunan denyut jantung karena terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga terjadi penurunan tekanan darah.
Gambar 1.5 Refleks karotis dan Baroreseptor terhadap keseimbangan (homeostasis) tekanan darah
Selama terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rata-rata menurun disebabkan impuls aferen sedikit untuk mengonduksi pusat pengatur kardiovaskuler di medula. Akibat sedikitnya impuls dari baroreseptor, saraf simpatis akan menstimulasi penungkatan SA node dan mengonstriksi pembuluh darah perifet. Dengan adanya resistensi pembuluh perifer, denyut jantung akan meningkat. Kedua reaksi ini akan meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan curah jantung dari klien syok hipovolemik.
b)   Refleks kemoreseptor
Refleks kemoreseptor sangat dipengaruhi oleh respon dari beberapa elemen berikut ini :
·         Perubahan tekanan parsial oksigen dalam arteri (PaO2)
·         Perubahan tekanan parsial carbon dioksida (PaCO2)
·         Perubahan konsentrasi serum ion hydrogen (pH)








Gambar 1.6 Refleks kemoreseptor terhadap keseimbangan (homeostasis) oksigen, Ph, dan CO2
Apabila kandungan oksigen atau pH darah turun atau kadar CO2 dalam darah meningkat, maka kemoreseptor yang ada di arkus aorta dan pembuluh-pembuluh darah besar dileher mengirim impuls ke pusat vasomotor dan terjadilah vasokonstriksi. Reseptor yang paling berperan adalah reseptor yang berlokasi di karotis dan badan aorta, yang lokasinya berdekatan dengan baroreseptor pada sinus karotis dan arkus aorta. Selanjutnya peningkatan tekanan darah membantu mempercepat darah kembali ke jantung dan ke paru.
c)    Refleks bainbrige
Adanya refleks bainbrige adalah untuk meningkatkan denyut jantung akibat respons dari peningkatan venous return. Lokasi reseptor ini terletak di vena kava. Ketika raseptor ini mengalami peregangan akibat stimulasi  dari peningkatan volume darah, maka saraf averen akan meningkatkan denyutan kemudian mentransmisikan impuls ke pusat pengatur kardiofaskuler di medulla. Pusat pengatur ini akan merespon dengan meningkatkan saraf simpatis everen agar terjadi peningkatan denyut jantung dan peningkatan curah jantung.
Respons medula
Stimulasi saraf aferen
                                                                                                         
                                                   
Tekanan vena
Arus balik vena teratasi
Peningkatan frekuensi jantung
Respons vagus
Respon saraf  simpatis
Curah jantung
Tekanan darah vena
 






Gambar 1.7 skema refleks Bainbrige dalam mengatur frekuensi jantung untuk mengatasi arus balik vena
d)   Refleks pernafasan (sinus aritmia)
Nervus vagus terlbat dengan refleks ini. Selama inspirasi, tekanan dalam dada menurun. Hal ini disebabkan oleh aliran balik dari vena besar yang berada disamping kanan jantung. Peningkatan aliran balik dari vena akan menstmulasi peregangan reseptor didalam paru, sehingga terjadi peningkatan pengiriman impuls yang menuju pusat pengatur kardiovaskuler. Selanjutnya refleks vagal yang membuat denyut jantung setabil akan dihambat sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan denyut jantung. Setelah peningkatan denyut jantung ini cukup untuk meningkatkan curah jantung, maka untuk memenuhi kebutuhan, denyut jantung akan menurun bersamaan dengan ekspirasi pernafasan, sehingga peningkatan tekanan dalam rongga dada akan menghambat aliran vena balik (venous return).






BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Jantung merupakan organ terpenting mekanisme kardiovaskuler dan merupakan organ yang melakuakn proses kontraksi untuk memenuhi kebutuhan suplay darah keseluruh jaringan tubuh,dan dalam mekanisme kerjanya juga dibawah pengontrolan sitem hormon dan sistem saraf agar selalu membawa kondisi sirkulasi darah dalam keadaan yang normal.
Sistem kardiovaskular memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme. Sistem kardiovaskular yang berfungsi sebagai sistem regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespons seluruh aktivitas tubuh. Salah satu contoh adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi.
B.   SARAN
Dilihat dari fungsi serta manfaatnya pada tubuh, tentulah jantung sangat berharga. Oleh karena itu, untuk menjaga agar semua yang ada tidak rusak ataupun mengalami gangguan, perbiasakanlah hidup sehat serta mengurangi kegiatan yang dapat membuat jantung bekerja lebih cepat dari normalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarata: Salemba Medika.
Syaifuddin. 2006. Anatomi fisiologis mahasiswa keperawatan. Jakarta Penerbit:EKG
Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta. Penerbit: Salemba Medika.
Vander at all, 2001, Human Physiology : The Mechanism of Body Function, Eight Edition, The McGraw Hills Company
http://adypurwoko.blogspot.com/2011/09/fisiologi-sistem-kardiovaskuler.html