SISTEM REGULASI DAN MEKANISME
KONTROL
KARDIOVASKULER
OLEH
FAUZYATI SAEPUDIN
910312906105. 192
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIK) AVICENNA
KENDARI
T.A.2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sistem
kardiovaskuler terdiri dari jantung, darah dan pembuluh darah, jantung terletak pada mediastinum
rongga dada. Jantung
merupakan sebuah organ yang terdiri otot. System kardiovaskuler berawal di
jantung, sebuah pompa berotot yang berdenyut secara ritmis dan berulang
60-100x/menit.
Dalam
sistem kerjanya jantung mempunyai 3 periode yaitu :
1.
Periode
kontriksi (periode sistole).suatu keadaan ketika jantung bagian ventrikel dalam
keadaan menguncup.katup bikus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup,valvula
semilunaris aorta dan valvula semilunaris arteri pulmonalis terbuka,sehingga
darah dari ventrikel dekstra mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke paru – paru
kiri dan kanan. Sedangkan darah dari ventrikel sinistra mengalir ke aorta di
edarkan diseluruh tubuh.
2.
Periode
dilatasi (diastole).suatu keadaan ketika jantung mengembang. katup bikus dan
trikuspidalis terbuka , sehingga darah dari atrium sinistra masuk ke ventrikel
sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra. Selanjutnya
darah yang ada di paru – paru kiri dan kanan melalui vena pulmonalis masuk ke
atrium sinistra dan darah dari seluruh tubuh melalui vena kava masuk ke atrium
dekstra.
3. Periode istirahat, yaitu waktu
antara periode kontriksi dan dilatasi ketika jantung berhenti kira – kira 1/10
detik. Pada waktu beristirahat jantung akan menguncup sebanyak 70 – 80 kali
/menit.pada tiap – tiap kontraksi jantung akan memindahkan darah ke aorta
sebanyak 60 – 70 cc.
Fungsi
sistem kardiovaskular adalah memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan
nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses
metabolisme.
Secara normal setiap jaringan dan organ tubuh akan menerima aliran darah dalam
jumlah yang cukup sehingga jaringan dan organ tubuh menerima nutrisi dengan
adekuat. Daya dorong ventrikel kiri harus lebih kuat karena harus mendorong
darah keseluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah sistemik. Meskipun
ventrikel kanan memompakan darah yang sama tetapi tugasnya hanya mengalirkan
darah ke paru – paru.
Pada
jantung terdapat 3 lapisan yaitu pericardium (Perikardium adalah kantung yang
membungkus jantung pada manusia dan beberapa jenis hewan yang mempunyai fungsi
utama sebagai dinding terluar jantung.) Miokardium dan endokardium,yang merupakan
komponen dalam pengaturan mekanisme kardiovaskuler terutama pada lapisan
miokardium.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas rumusan masalah yang dapat ditentukan yaitu sebagai
berikut :
1. Definisi sistem regulasi
kardiovaskuler.
2. Bagaimana mekanisme regulasi
kardiovaskuler.
3. Bagaimana mekanisme kontrol sistem
kardiovaskuler.
C.
TUJUAN
Berdasarkan
rumusan masalah diatas dapat disimpulkan tujuan yang di harapakan yaitu sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari
sistem regulasi kardiovaskuler.
2. Untuk mengetahui mekanisme regulasi
kardiovaskuler.
3. Untuk mengetahui mekanisme kontrol
sistem kardiovaskuler.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SISTEM
REGULASI KARDIOVASKULER
1. Definisi
system regulasi kardiovaskuler
Sistem
regulasi kardiovaskuler merupakan suatu mekanisme kerja jantung yang dilakukan
oleh jantung tanpa pengaruh dari luar,dimana jantung memompa darah keseluruh
bagian tubuh. Yang memiliki peranan dalam proses kontraksi dan relaksasi dalam
jantung adalah otot jantung itu sendiri.
Otot
jantung terdiri atas 3 tipe yaitu otot atrium, otot ventrikel, dan serat otot
khusus penghantar rangsangan/sebagai pencetus rangsangan.otot atrium dan
ventrikel bekerja dengan cara yag sama seperti otot rangka dengan kontraksi
yang lebih lama. Sedangkan serat khusus penghantar dan pencetus rangsangan
berkontraksi dengan lemah karena serat – serat ini hanya mengandung serat
kontraktif malahan serat ini menghambat irama dan berbagai kecepatan konduksi
sehingga serat ini bekerja sebagai suatu sistem pencetus rangsangan bagi
jantung.
Secara
umum, otot jantung mempunyai fungsi, yakni:
1) Sebagai ritmisitas / otomatis
2) Tidak dapat berkontraksi tetanik
3) Kekuatan kontraksi dipengaruhi
panjang awal otot
2.
Regulasi
Kardiovaskuler
Beberapa
variabel yang mempengaruhi regulasi kardiovaskuler yaitu curah jantung (cardiac
output), tahanan peripheral (peripheral resistance), dan tekanan darah (blood
pressure).
Regulasi
kardiovaskuler bertujuan untuk perubahan aliran darah tepat waktu, berada di dalam area
yang benar dan tidak menimbulkan
perubahan tekanan dan aliran darah secara drastis pada organ vital. Mekanisme yang
mempengaruhi regulasi kardiovaskular yaitu mekanisme autoregulasi lokal, saraf, dan
hormonal (Martini, 2001).
Regulasi
kardiovaskuler secara umum dapat dilihat pada gambar berikut.
Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa keadaan homeostasis tubuh dapat mengalami
gangguan yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti :stress fisik (trauma,
suhu yang tinggi), perubahan kimia (penurunan O2 atau pH, peningkatan CO2 atau prostaglandin), dan peningkatan aktivitas jaringan.
Gangguan homeostasis tersebut akan
mengakibatkan tekanan darah dan aliran darah berkurang pada jaringan, sehingga akan merangsang autoregulasi local menurunkan tahanan dan peningkatan aliran darah. Namun
apabila autoregulasitidak efektif, maka mekanisme saraf akan menstimulasi
reseptor-reseptor yangsensitive
untuk mengubah komposisi kimia dan tekanan darah sistemik yangselanjutnya
mengaktifkan pusat kardivaskuler.
Pada saat terjadi gangguan
homeostasis akibat terjadi peningkatan volume darah dan tekanan darah, maka
peranan peptide natriuretik atrium (ANP = Atrial Natriuretic Peptide) sangat
penting dalam mengembalikan volume darah dan tekanan darah kembali normal. ANP
merupakan protein yang diproduksi oleh sel-sel otot jantung pada dinding atrium
kanan pada saat diastole (Martini, 2001). Jadi ANP dikeluarkan pada saat volume
darah meningkat dan atrium jantung meregang secara berlebihan.
Regulasi jantung meliputi:
a) Regulasi
Heart Rate
Heart rate dipengaruhi sistem saraf
simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis dengan epinefrin dan
norepnefrin sebagai neurotrasmiternya menyebabkan peningkatan heart rate.
Sedangkan sistem saraf parasimpatis melalui nervus vagus menyebabkan
perlambatan heart rate. Heart
rate juga dipengaruhi oleh kemoreseptor dan baroreseptor. Aktivitas
kemoreseptor bertujuan menjaga kecukupan sirkulasi serebral (otak).
Sejauh
ini sistem saraf yang dianggap terlibat dalam pengaturan (regulasi) sirkulasi
adalah sistem saraf simpatis.sementra sistem saraf parasimpatis tidak langsung
mempengaruhi sistem sirkulasi, tetapi mengatur kerja jantung yang nantinya
berperan dalam sistem sirkulasi.
Pengaruh simpatis ini akan menyebabkan penyempitan (vasokontriksi) pembuluh darah sehingga resistensinya meningkat dan terjadi perubahan kecepatan aliran dan volume darah ke jaringan. Sementara itu pengaruhya pada jantung, menyebabkan kerja jantung meningkat dengan menambah denyut jantung (HR) dan kontraktilitas otot jantung.
Pengaruh simpatis ini akan menyebabkan penyempitan (vasokontriksi) pembuluh darah sehingga resistensinya meningkat dan terjadi perubahan kecepatan aliran dan volume darah ke jaringan. Sementara itu pengaruhya pada jantung, menyebabkan kerja jantung meningkat dengan menambah denyut jantung (HR) dan kontraktilitas otot jantung.
Dalam
regulasi oleh sistem saraf pada kardiovaskuler terdapat vasometer center yang
terletak pada substansi retikullaris di daerah medulla oblongata dan 1/3 bagian
pons serebri. Daerah inilah yang mentransmisikan impuls yang akan dibawa oleh
serabut saraf simpatis dan parasimpatis mengatur kerja sistem impuls yang
datang dari hipotalamus dan korteks serebri.
b) Regulasi
Stroke Volume
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang
dikeluarkan dari ventrikel kiri setiap kali kontraksi, diatur dengan Mekanisme
(hukum) Starling. Volume ini dipengaruhi oleh jumlah darah di ventrikel kiri
pada akhir diastole, tahanan terhadap semprotan ventrikuler kiri dan
kontraktilitas miokard.
c) Regulasi
Cardiac Output
Cardiac output adalah jumlah darah yang
di pompa ventrikel setiap menit, rata-rata berjumlah 4-5 liter/menit.Determinan
utama dari curah jantung adalah kebutuhan oksigen jaringan dengan cara
autoregulasi intrinsik yang mengubah preload dan stroke volume dan autoregulasi
ekstrinsik atas pengaruh hormon epinefrin.
Tubuh manusia memiliki berbagai
mekanisme control regulasi yang digunakan untuk meningkatkan suplai darah
secara aktif ke jaringan dengan cara meningkatkan pengeluaran curah jantung
(cardiac output). Pengaturan curah jantung bergantung pada hasil kali denyut
jantung (heart rate), dan volume sekuncup (stroke volume).
d) Regulasi Tekanan Darah
Tekanan darah dipengaruhi oleh kemoresptor,
tahanan perifer dan volume darah.
Faktor-faktor
yang meregulasi (mengatur) tekanan darah bekerja untuk periode jangka pendek
dan jangka panjang.
·
Regulasi
Jangka Pendek
Regulasi
jangka pendek diatur oleh system persarafan dan peranan pusat vasomotor seperti
yang akan dijelaskan dibawah ini.
System persarafan
System
persarafan mengontrol tekanan darah dengan memengaruhi tahanan pembuluh
perifer. Tujuan utamanya seperti yang dijelaskan dibawah ini:
1.
Memengaruhi
distribusi darah sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan bagian tubuh
yang lebih spesifik, misalnya saat melakukan olahraga, maka distribusi darah ke
system pencernaan dialihkan ke bagian tubuh yang terlibat dalam aktivitas
tersebut, seperti otot rangka.
2. Mempertahankan tekanan arteri
rata-rata (MAP) yang adekuat dengan memengaruhi diameter pembuluh darah.
Gambar 1.3. Regulasi tekanan dan volume darah
Peranan Pusat Vasomotor
Umumnya
control system persarafan terhadap tekanan darah melibatkan baroreseptor dan
serabut-serabut eferennya, pusat vasomotor di medulla oblongata, serta
serabut-serabut vasomotor dan otot polos pembuluh darah. Pusat vasomotor yang
memengaruhi diameter pembuluh adalah pusat vasomotor yang merupakan kumpulan
serabut saraf simpatis. Pusat vasomotor dan kardiovaskuler akan bersama-sama
meregulasi tekanan darah dengan memengaruhi curah jantung dan diameter pembuluh
darah.
Aktivitas
vasomotor dimodifikasi oleh adanya informasi dan komponen berikut:
1. Baroreseptor
(mekanoreseptor)
sensitive terhadap perubahan tekanan dan regangan arteri.
Refleks
Baroreseptor
Mekanisme reflex baroreseptor dalam
meregulasi perubahan tekanan darah adalah dengan cara melakukan fungsi reaksi
cepat dari baroreseptor yaitu dengan melindungi siklus selama fase akut dari
perubahan tekanan darah.
2. Kemoreseptor, yaitu reseptor yang berespons
terhadap perubahan kadar O2, CO2, dan Hidrogen dalam
darah.
Refleks
Kemoreseptor
Apabila kandungan O2/pH darah turun
atau kadar CO2 dalam darah meningkat, maka kemoreseptor yang ada di arkus aorta
dan pembuluh-pembuluh darah besar dileher mengirim impuls ke pusat vasomotor
dan terjadilah vasokontriksi.
3. Pusat
otak tertinggi (Hipotalamus dan Serebrum) dan juga hormon-hormon tertentu serta kimia darah lainnya.
Pengaruh
Pusat Otak Tertinggi
Reflex yang meregulasi tekanan darah
diintegrasikan pada batang otak (medulla). Walaupun korteks serebri dan
hipotalamus tidak terlibat secara rutin dalam mengontrol tekanan darah, pusat
otak tertinggi ini dapat memodifikasi tekanan darah arteri melalui penyaluran
ke pusat medialis.
·
Regulasi Jangka Panjang
Regulasi jangka
panjang lebih banyak ditentukan oleh regulasi ginjal. Sebagaimana yang akan
dijelaskan dibawah ini.
Regulasi Ginjal
Walaupun
baroreseptor bekerja untuk jangka pendek, tetapi baroreseptor dengan cepat
beradaptasi untuk meregulasi peningkatan atau penurunan tekanan darah yang
berlangsung lama atau keadaan yang kronis.
Ginjal mempertahankan homeostasis
tekanan darah dengan meregulasi volume darah, seperti pada gambar 1.3.
Peningkatan volume darah diikuti
dengan peningkatan tekanan darah dan semua zat yang meningkatkan tekanan darah,
seperti konsumsi garam yang berlebihan akan menyebabkan penahanan air yang
selanjutnya meningkatkan tekanan arteri rata-rata. Dengan proses yang sama,
penurunan volume cairan akan menurunkan tekanan darah. Peningkatan volume darah
serta tekanan darah juga merangsang ginjal untuk mengeluarkan cairan. Ginjal
bekerja, baik langsung maupun tidak langsung dalam meregulasi tekanan arteri
dan bekerja untuk mekanisme jangka panjang dalam mengontrol tekanan darah.
B. TEKANAN
DARAH
1. Pengertian
Tekanan Darah
Tekanan darah adalah
gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar
dari jantung keseluruh tubuh atau tenaga
yang terdapat pada dinding arteri saat darah dialirkan. Tenaga ini
mempertahankan aliran darah dalam arteri agar tetap lancar. Rata-rata tekanan
darah normal biasanya 120/80 dan diukur
dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).
Karena
pembuluh darah darah terbagi 2, yaitu arteri dan vena,
maka tekanan darah juga dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu tekanan
darah arteri dan tekanan darah vena.
2.
Rumus Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan
darah yang kita kenal sehari-hari adalah adalah tekanan darah arteri, yang
pengukurannya menggunakan alat yang disebut sphygmomanometer atau tensi, bahasa
umumnya. Sedangkan tekanan darah vena diukur dengan menggunakan CVP (Central
Venous Pressure) atau tekanan vena sentral.
Dalam
mengukur tekanan darah arteri, kita mengukur bagaimana kondisi jantung dalam
memompa darah. Ada dua hasil yang dapat ditemui. Yaitu sistolik dan diastolik,
seperti yang orang awam ketahui pada umumnya. Tekanan tertinggi terjadi selama
ejeksi jantung dan disebut tekanan sistolik (Normalnya 120 mmHg), yaitu
saat menutupnya katup trikuspidalis dan katup bikuspidalis (mitral) ditandai
dengan terabanya denyut nadi, serta ventrikel kontraksi. Titik terendah dalam
siklus ini disebut diastolik yaitu saat menutupnya katup semilunaris
aorta dan semilunaris pulmonalis ditandai dengan tidak terabanya denyut nadi,
serta ventrikel relaksasi (Normalnya 80mmHg). Selisih tekana sistolik dan
tekanan diastolik disebut Pulse Pressure (Tekanan Nadi) dan akan terus
berubah sesuai dengan pertambahan usia.
Sedangkan
pengukuran tekanan darah vena, dapat diukur dengan CVP. Nilai normalnya di sternum
0 – 5 cmH2O, Midaxilla line = 5 – 15 cmH2O
Kembali
ke pengukuran tekanan darah arteri, karena didapatkan dua hasil (Sistolik dan
diastolik), maka kita perlu mencari tekanan arteri yang sebenarnya. Tekanan darah
arteri rata-rata bisa didapatkan dengan sebuah rumus yaitu :
MAP = (S + 2D)/3
MAP = Mean Arterial Pressure/tekanan arteri
rata-rata
S = Tekanan darah sistolik
D = Tekanan darah diastolik
Jadi
perhitungannya, apabila seseorang mempunyai tekanan darah arteri 120/80 mmHg,
maka MAP/tekanan arteri rata-ratanya adalah (120 + 160) atau 280/3 yaitu 93,4
mHg.
Hal
ini penting diketahui oleh dokter dan perawat, karena tekanan darah arteri
menggambarkan kondisi tekanan darah yang ada pada darah saat keluar dari
jantung. Tekanan yang rendah mengakibatkan suplai darah kurang ke jaringan.
Sehingga, oksigen dan sari-sari makanan tidak tersampaikan, dan akhirnya dapat
terjadi penurunan metabolisme tubuh. Kondisi ini yang dinamakan dengan
hipoksia.
3. Fisiologi
Tekanan Darah
Untuk
memahami penyakit-penyakit yang berhubungan dengan nilai tekanan darah, seperti
Hipertensi (tekanan darah tinggi) atau Hipotensi (tekanan darah
rendah), atau lebih jauh lagi Shock (Penurunan tekanan darah yang
ekstrim, sehingga darah tidak dapat sampai ke organ-organ vital tubuh, dan
terjadi kegagalan fungsi), dibutuhkan konsep dasar yang lebih dari itu.
Tekanan
darah, secara fisiologi dapat didefinisikan sebagai
BP = CO x SVR
BP = Blood Pressure/tekanan darah
CO =
Cardiac output/ Curah jantung (Jumlah darah yang keluar dari jantung dalam
waktu 1 menit)
SVR = Systemic Vascular Resisten/ Tahanan
pembuluh darah sistemik (resistensi dinding pembuluh darah terhadap aliran
darah. Sedangkan
CO = SV x P
SV =
Stroke Volume/volume sekuncup (jumlah darah yang dipompakan keluar jantung 1x
pompaan)
P = Pulse/Nadi dalam satu menit
Dengan
kata lain, dapat diambil kesimpulan bahwa
BP = SV x P x SVR
Tekanan
darah itu sendiri merupakan perkalian dari 3 komponen yaitu Stroke volume, nadi
dan tahanan dinding pembuluh darah. Sehingga dengan kata lain, dapat kita
simpulkan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi besar kecilnya tekanan darah
yaitu, jumlah darah yang keluar dari jantung (SV), Denyut jantung (P) serta
keadaan dinding pembuluh darah (SVR).
4. Hipertensi
Hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Sheps,2005). Hipertensi diartikan sebagai peningkatan
tekanan darah secara terus menerus sehingga melebihi batas normal.
Hipertensi
dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler dan dapat menimbulkan:
a) Arteriosklerosis
Sklerosis merupakan
kata yang berasal dari bahasa Yunani
yang artinya pengerasan, jadi arteriosklerosis adalah pengerasan yang terjadi
pada arteri. Arteri yang sehat
adalah arteri yang fleksibel, kuat
dan elastis. Lapisan dalamnya
mulus sehingga darah
dapat melaluinya tanpa
hambatan.
Setelah bertahun-tahun, dengan
banyaknya tekanan pada
arteri maka dinding
arteri akan menjadi
tebal dan kaku, terkadang arteri
yang kaku di
lengan bawah dapat
teraba dan terasa seperti
pipa-pipa kecil yang
keras (Sheps, 2005).
b) Aterosklerosis
Kata aterosklerosis berasal
dari bahasa Yunani
yang kata ather berarti bubur, yang merupakan timbunan lemak
di dalam pembuluh
darah yang lembek seperti
bubur. Hipertensi dapat mempercepat penumpukan
lemak di dalam
dan di bawah
lapisan dinding arteri, penumpukan lemak dalam jumlah besar
disebut plak, lama-kelamaan plak dapat mengeras dan dapat mengakibatkan
penyempitan pembuluh darah (Sheps,
2005).
c) Aneurisma
Aneurisma
adalah pembuluh darah yang tidak elastis lagi dan melemah dan akan menimbulkan
titik-titik tertentu pada dindingnya yang menggelembung seperti balon. Pada
awalnya aneurisma tidak menimbulkan gejala apa - apa, namun pada tahap
lanjut, aneurisma pada arteri otak dapat
menimbulkan gejala sakit kepala hebat yang tidak bisa hilang. Aneurisma di
arteri perut dapat menyebabkan sakit perut yang berkepanjangan dan sakit pinggang pada bagian bawah. Bahaya
paling besar pada aneurisma adalah kemungkinan bocor atau pecahnya pembuluh
darah sehingga terjadi perdarahan yang fatal (Sheps, 2005).
d) Penyakit
arteri koronaria
Penyakit
arteri koronaria adalah penyait akibat dari kerusakan pada arteri utama yang
memberi pasokan darah pada otot jantung.
Penimbunan plak dalam
arteri sering dijumpai
pada seseorang dengan
tekanan darah tinggi.
Plak mengurangi aliran
darah ke otot
jantung sehingga dapat
menyebabkan serangan jantung
(Sheps, 2005).
e) Infark
Miokard
Infark Miokard
dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh
darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka
kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel
dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi
ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan.
f) Gagal
jantung
Gagal jantung yaitu dimana jantung tidak kuat memompa darah yang kembali
ke jantung dengan cepat, akibatnya cairan terkumpul di dalam paru-paru, kaki
dan jaringan lainnya, keadaan ini disebut edema. Cairan dalam paru-paru
menyebabkan sesak nafas, sedangkan cairan yang di tungkai menyebabkan kaki
membengkak (Sheps, 2005).
g) Otak
Hipertensi
dapat menganggu sistem kerja otak dan dapat menyebabkan:
·
Stroke iskemik
Stroke iskemik
adalah stroke yang biasanya mengenai bagian otak serebrum yaitu bagian yang
mengatur gerakan, bahasa dan rasa.
Stroke ini disebabkan oleh penyumbatan yang terjadi di pembuluh darah akibat
menumpuknya plak dalam arteri, sehingga terjadi pusaran aliran darah di sekitar
plak yang merangsang terjadinya pembentukan berupa gumpalan darah (Sheps, 2005).
·
Stroke hemoragis
Stroke
hemoragis yaitu stroke yang terjadi akibat bocor atau pecahnya pembuluh darah
di dalam otak. Darah yang
mengalir keluar menggenangi
jaringan otak sekitarnya,
sehingga merusak jaringan
tersebut. Sel - sel otak
yang jauh dari
lokasi kebocoran ataupun
robekan itu juga
ikut rusak karena
kekurangan darah (Sheps,
2005).
·
Dimensia
Dimensia yaitu
hilangnya daya ingat dan kemampuan mental. Hasil penelitian
menyatakan bahwa hipertensi
dapat menyebabkan dimensia. Resiko demensia
ini meningkat secara
tajam pada usia
70 tahun ke
atas. Sejak saat
hipertensi didiagnosa, dimensia
dapat timbul beberapa
tahun kemudian (Sheps,
2005).
C.
MEKANISME KONTROL KARDIOVASKULER
Dalam
pengontrolan sistem kardiovaskuler terdapat 2 mekanisme yaitu:
1. Heterometric autoregulasion yaitu
peningkatan serabut miokardium yang mengakibatkan kekuatan kontraksi.
2. Homeometric autoregulation yaitu
frekuensi daripada kontraksi
dan temperatur mempengaruhi kekuatan kontraksi untuk suatu panjang serabut
miokard tersebut. Myocardial
yang meningkat akan meningkatkan kekuatan kontraksi. Kekuatan kontraksi akan meningkat
dengan meningkatkannya frekuensi kontraksi.
Denyut
jantung (heart rate) normalnya
berkisar 70 kali per menit. Denyutan jantung ini dikontrol sendiri dari dalam
jantung melalui mekanisme regulasi dari SA Node, AV Node, dan system Purkinye.
Dalam
keadaan normal, regulasi denyut jantung dapat juga mendapat respon dari saraf
simpatis dan parasimpatis melalui system saraf otonom. Mekanisme yang terjadi
adalah saraf simpatis akan meningkatkan denyut jantung. Sedangkan stimulasi
saraf parasimpatis menghambat meningkatnya denyut jantung melalui nervus vagus.
1.
Refleks-Refleks Kardiovaskuler
Ada
4 refleks utama yang menjadi media system saraf otonom untuk meregulasi denyut
jantung, yaitu:
a) Refleks
Baroreseptor
Refleks baroreseptor merupakan
refleks paling utama dalam menentukan control regulasi dari denyut jantung dan
tekanan darah. Baroreseptor (mekanoreseptor) sensitive terhadap perubahan
tekanan dan regangan arteri. Baroreseptor menerima rangsangan dari peregangan
atau tekanan yang berlokasi di arkus aorta dan sinus karotikus. Reseptor ini di
rangsang oleh distensi dan peregangan dinding aorta atau arteri karotis.
Gambar 1.4 skema lokasi Baroreseptor
Pada
saat tekanan darah arteri meningkat dan arteri meregang, reseptor-reseptor ini
dengan cepat mengirim impulsnya ke pusat vasomotor. Selanjutnya terjadi
penghambatan pusat vasomotor yang mengakibatkan vasodilatasi tidak hanya
terjadi pada arteriol, tetapi juga pada vena dan menurunkan tekanan darah.
Dilatasi
arteriol menurunkan tahanan perifer dan dilatasi vena menyebabkan darah
menumpuk pada vena, sehingga mengurangi aliran balik (venous return) yang menyebabkan terjadinya penurunan curah jantung.
Impuls aferen dari baroresptor juga mencapai pusat jantung yang akan merangsang
aktivitas parasimpatis dan menghambat pusat simpatis (kardioakselerator),
sehingga menyebabkan penurunan denyut dan daya kontraksi jantung. Sebaliknya.
Penurunan tekanan arteri rata-rata menyebabkan refleks vasokontriksi dan
meningkatkan curah jantung. Dengan demikian, tekanan darah meningkat.
Pada
keadaan krisis hipertensi, baroreseptor mendapatkan respons dari peningkatan
tekanan sinus karotikus dan arkus aorta, sehingga menghambat saraf simpatis
menuju ke jantung dan pembuluh darah perifer. Pada waktu yang bersamaan, saraf
parasimpatis menghambat kembali saraf vegal pada peningkatan SA Node. Kombinasi
ini akan memberikan reaksi berupa penurunan denyut jantung karena terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah perifer, sehingga terjadi penurunan tekanan darah.
Gambar 1.5 Refleks
karotis dan Baroreseptor terhadap keseimbangan (homeostasis) tekanan darah
Selama
terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rata-rata menurun disebabkan impuls aferen
sedikit untuk mengonduksi pusat pengatur kardiovaskuler di medula. Akibat
sedikitnya impuls dari baroreseptor, saraf simpatis akan menstimulasi
penungkatan SA node dan mengonstriksi pembuluh darah perifet. Dengan adanya
resistensi pembuluh perifer, denyut jantung akan meningkat. Kedua reaksi ini
akan meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan curah jantung dari klien syok
hipovolemik.
b) Refleks
kemoreseptor
Refleks
kemoreseptor sangat dipengaruhi oleh respon dari beberapa elemen berikut ini :
·
Perubahan
tekanan parsial oksigen dalam arteri (PaO2)
·
Perubahan
tekanan parsial carbon dioksida (PaCO2)
·
Perubahan konsentrasi serum ion
hydrogen (pH)
Gambar 1.6 Refleks
kemoreseptor terhadap keseimbangan (homeostasis) oksigen, Ph, dan CO2
Apabila
kandungan oksigen atau pH darah turun atau kadar CO2 dalam darah meningkat,
maka kemoreseptor yang ada di arkus aorta dan pembuluh-pembuluh darah besar
dileher mengirim impuls ke pusat vasomotor dan terjadilah vasokonstriksi.
Reseptor yang paling berperan adalah reseptor yang berlokasi di karotis dan
badan aorta, yang lokasinya berdekatan dengan baroreseptor pada sinus karotis
dan arkus aorta. Selanjutnya peningkatan tekanan darah membantu mempercepat
darah kembali ke jantung dan ke paru.
c) Refleks
bainbrige
Adanya
refleks bainbrige adalah untuk meningkatkan denyut jantung akibat respons dari
peningkatan venous return. Lokasi reseptor ini terletak di vena kava. Ketika
raseptor ini mengalami peregangan akibat stimulasi dari peningkatan volume darah, maka saraf
averen akan meningkatkan denyutan kemudian mentransmisikan impuls ke pusat
pengatur kardiofaskuler di medulla. Pusat pengatur ini akan merespon dengan
meningkatkan saraf simpatis everen agar terjadi peningkatan denyut jantung dan
peningkatan curah jantung.
Respons
medula
|
Stimulasi
saraf aferen
|
Tekanan
vena
|
Arus
balik vena teratasi
|
Peningkatan
frekuensi jantung
|
Respons vagus
Respon
saraf simpatis
|
Curah
jantung
|
Tekanan
darah vena
|
Gambar
1.7 skema refleks Bainbrige dalam
mengatur frekuensi jantung untuk mengatasi arus balik vena
d) Refleks
pernafasan (sinus aritmia)
Nervus
vagus terlbat dengan refleks ini. Selama inspirasi, tekanan dalam dada menurun.
Hal ini disebabkan oleh aliran balik dari vena besar yang berada disamping
kanan jantung. Peningkatan aliran balik dari vena akan menstmulasi peregangan
reseptor didalam paru, sehingga terjadi peningkatan pengiriman impuls yang
menuju pusat pengatur kardiovaskuler. Selanjutnya refleks vagal yang membuat
denyut jantung setabil akan dihambat sehingga menyebabkan terjadinya
peningkatan denyut jantung. Setelah peningkatan denyut jantung ini cukup untuk
meningkatkan curah jantung, maka untuk memenuhi kebutuhan, denyut jantung akan
menurun bersamaan dengan ekspirasi pernafasan, sehingga peningkatan tekanan
dalam rongga dada akan menghambat aliran vena balik (venous return).
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jantung
merupakan organ terpenting mekanisme kardiovaskuler dan merupakan organ yang
melakuakn proses kontraksi untuk memenuhi kebutuhan suplay darah keseluruh
jaringan tubuh,dan dalam mekanisme kerjanya juga dibawah pengontrolan sitem
hormon dan sistem saraf agar selalu membawa kondisi sirkulasi darah dalam
keadaan yang normal.
Sistem
kardiovaskular memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh
jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses
metabolisme. Sistem
kardiovaskular
yang berfungsi sebagai sistem regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi
dalam merespons seluruh aktivitas tubuh. Salah satu contoh adalah mekanisme
meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi.
B. SARAN
Dilihat dari fungsi serta manfaatnya pada tubuh, tentulah
jantung sangat berharga. Oleh karena itu, untuk menjaga agar semua yang ada
tidak rusak ataupun mengalami gangguan, perbiasakanlah hidup sehat serta
mengurangi kegiatan yang dapat membuat jantung bekerja lebih cepat dari
normalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arif
Muttaqin. 2012. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi.
Jakarata: Salemba Medika.
Syaifuddin. 2006.
Anatomi fisiologis mahasiswa keperawatan.
Jakarta Penerbit:EKG
Syaifuddin.
2009. Fisiologi tubuh manusia untuk
mahasiswa keperawatan. Jakarta. Penerbit:
Salemba Medika.
Vander at all, 2001, Human
Physiology : The Mechanism of Body Function, Eight Edition, The McGraw Hills
Company
http://adypurwoko.blogspot.com/2011/09/fisiologi-sistem-kardiovaskuler.html