KMB II
‘’ASKEP MENINGITIS’’
Disusun OLeh :
FAUZYATI SAEPUDIN
910312906105.192
PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN
AVICENNA KENDARI
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Proses peradangan dapat mengenai selaput
otak (meningitis), jaringan otak (ensefalitis), dan medulla spinalis
(mielitis), walaupun yang paling sering terjadi adalah meningitis. Selaput otak
terdiri dari tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu durameter, araknoid,
piameter. Durameter adalah membrane putih tebal yang kasar, dan menutupi
seluruh otak dan medulla spinalis. Araknoid merupakan membrane lembut yang
bersatu di tempatnya denga piameter, diantaranya terdapat ruang subaraknoid di
mana terdapat arteri dan vena serebral dan dipenuhi oleh cairan serebrospinal.
Piameter merupakan membrane halus yang kaya akan pemburu darah kecil yang
mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Piameter adalah lapisan yang
langsung melekat dengan permukaan otak dan seluruh medulla spinalis.
Stimulus (Rangsangan) yang diterima oleh tubuh baik
yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan berbagai
perubahan dan menuntut tubuh untuk mampu mengadaptasinya sehingga tubuh tetap
seimbang. Upaya tubuh dalam mengadaptasi berlangsung melalui kegiatan sistem
saraf disebut sebagai kegiatan refleks. Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya
maka akan terjadi kondisi yang tidak seimbang atau sakit.
Stimulus diterima oleh reseptor (penerima rangsang)
sistem saraf yang selanjutnya akan dihantarkan oleh sistem saraf tepi ke sistem
saraf pusat. Di sistem saraf pusat impuls diolah untuk kemudian meneruskan
jawaban (Respon) kembali melalum saraf somatis adalah otot rangka sedangkan untuk
sistem saraf otonom, efektornya adalah otot polos, otot jantung dan kelenjar
sebasea.
Meningitis dapat dibedakan
oleh berbagai organisme yang bervariasi, tetapi ada tiga tipe utama yaitu :
1.
Infeksi bakteri, piogenik yang disebabkan
oleh bakteri pembentuk pus, terutama mengikoku, pneumokokus, dan basil
influenza.
2.
Tuberculosis, yang disebabkan oleh basil
tuberkel (M.Tuberculosa)
3.
Infeksi virus, yang disebabkan oleh agen-agen
virus yang sangat bervariasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah
definisi dari meningitis?
2. Faktor-faktor
apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya meningitis?
3. Bagaimana
asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis?
C. TUJUAN
1. Untuk
mengetahui definisi dari meningitis.
2. Untuk
mengetahui factor penyebab terjadinya meningitis.
3. Untuk
mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Meningitis
adalah suatu inflamasi di arachnoid dan piamater pada otak dan spinal cord,
yang disebabkan oleh infeksi pada cairan serebrospinal (Lewis, 2005). Meningitis
adalah suatu inflamasi di piameter ,arakhnoid dan subararakhnoid infeksi
biasanya menyebabkan meningitis dan chemical meningitis juga dapat
menjadi meningitis bisa akut atau kronik yang disebabkan karena bakteri,virus,
jamur atau parasit. (Lemone. 2004). Meningitis adalah inflamasi meningen yang
juga dapat menyerang arakhonoid dan subarakhonoid, infeksi menyebar sampai
subarakhonoid melalui cairan serebrospinal sekitar otak dan spinal cord (Joyce
M black,2005).
B. ETIOLOGI
Meningitis disebabkan oleh berbagai
macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor
predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau
sum-sum tulang belakang.
Penyebab
meningitis antara lain:
1. Kuman sejenis Pneumococcus sp,
Hemofilus influenza, Staphylococcus, Streptococcus, E. coli, Meningococcus, dan
Salmonella yang merupakan penyebab infeksi pada tempat lain pada tubuh dan
masuk melalui aliran darah (hematogen)
2. Komplikasi penyebaran tuberculosis
primer biasanya dari paru dan perluasan langsung dari infeksi
(perkontinuitatum)
3. Implantasi langsung spt akibat
trauma kepala terbuka, tindakan bedah otak, pungsi lumbal.
4. Aspirasi dari cairan amnion dan
infeksi kuman secara transplasental pada neonatus.
5. Faktor predisposisi: jenis kelamin
laki-laki lebih sering dibandingkan wanita.
6. Faktor
imunologi: defisiensi mekanisme imun, defisiensi immunoglobulin.
C. PATOFISIOLOGI
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu :
duramater, arachnoid, dan piamater. Adanya
etiologi yang menginvasi selaput otak menimbukan reaksi antigen dan antibody
yang menimbulkan peradangan. Dengan adanya radang terbentuk transudat dan
eksudat yang menimbulkan odem pada selaput otak. Odem menyebabkan sirkulasi
jaringan cerebral menurun akibatnya timbul hipoksia. Adanya Hipoksia disatu
sisi menyebabkan penurunan kesadaran dan disisi lain menyebabkan perubahan
polaritas sel saraf.
Penurunan
kesadaran memunculkan masalah Risiko Cedera dan perubahan polaritas sel saraf
menimbulkan kejang (askep tersendiri). Odem selaput otak selain menyebabkan
sirkulasi cerebral mengalami penurunan juga menyebabkan peningkatan TIK akibat
membesarnya volume desak ruang otak.Peningkatan TIK menyebabkan mual muntah
sehingga dapat muncul masalah Risiko Perubahan Nutrisi Kurang Dari Keb Tubuh.
Dengan adanya peradangan juga akan memunculkan masalah Hipertermia. Disamping
itu juga dapat timbul iritasi meningen yang dapat memunculan masalah Nyeri Akut
dan menyebabkan peningkatan tonus otot ektensor tengkuk. Dari sini dan
peningkatan TIK juga dapat memunculkan masalah Nyeri Akut.
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Nyeri
kepala.
Rasa nyeri ini dapat menyebar ke tengkuk dan punggung.
Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam
sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi, kesadaran
menurun. Tanda Kernig&Brudzinsky positif. (Arief Mansjoer : 2000)
2. Panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernapasan,
kejang, nafsu makan berkurang, minum sangat berkurang.
3. Konstipasi
diare, biasanya disertai septicemia dan pneumonitis.
4. Kejang
terjadi pada lebih kurang 44% anak dengan penyebab hemofilus influenza, 25%
streptokok pneumonia, 78% oleh streptokok dan 10% oleh infeksi meningokok.
5. Gangguan
kesadaran berupa apati, letargi, renjatan, koma. Selain itu dapat terjadi
koagulasi intravaskularis diseminata.
6. Tanda-tanda
iritasi meningeal seperti kaku kuduk, tanda kernig brudzinski dan fontanela
menonjol untuk sementara waktu belum timbul. Pada anak yang lebih besar dan
orang dewasa, permulaan penyakit juga terjadi akut dengan panas, nyeri kepala
yang bisa hebat sekali, malaise umum, kelemahan, nyeri otot dan nyeri
punggung.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan Darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hb, jumlah dan hitung
jenis leukosit, laju endap darah (LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum,
elektrolit.
Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu
pada meningitis tuberculosis didapatkan juga peningkatan LED.
2.
Cairan Otak
Periksa lengkap termasuk pemeriksaan mikrobiologis.
Pada meningitis serosa diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang
jernih meskipun mengandung sel dan jumlah protein yang meninggi.
3.
Pemeriksaan Radiologis
·
Foto data
·
Foto kepala
·
Bila mungkin CT – Scan.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Keefektifan
pengobatan tergantung pada pemberian dini antibiotik yang mampu menembus barier
blood – brain ke dalam lapisan subarakhnoid. Antibiotik penicillin (ampisillin,
piperasillin) atau salah satu chepalosporin (ceftriaxone sodium, cefotaxim
sodium) dapat digunakan. Vacomyan hydrocloride tunggal atau kombinasi
dengan rifampisin juga dapat digunakan jika bakteri telah teridentifikasi.
Antibiotik dosis tinggi diberikan secara intravena.
Dexametason
dapat diberikan sebagai terapi tambahan pada meningitis akut dan meningitis
pneumococcus. Dexametasone dapat diberikan bersamaan dengan antibiotik untuk
mensupresi inflamasi dan mengefektifkan pengobatan pada orang dewasa serta
tidak meningkatkan resiko perdarahan gastrointestinal. Dehidrasi dan syok dapat
diatasi dengan penambahan volume cairan. Seizure yang terjadi pada tahap awal
penyakit dapat dikontrol dengan phenitoin/dilantin (Lewis, 2005).
1.
Rejimen terapi :
2 HRZE – 7RH.
2 Bulan Pertama :
·
INH
: 1 x 400 mg / hari, oral
·
Rifampisin
: 1 x 600 mg / hari, oral
·
Pirazinamid
: 15-30 mg / kg / hari, oral
·
Streptomisin a/ : 15 mg / kg /
hari, oral
·
Etambutol
: 15-20 mg / kg / hari, oral.
2.
Steroid diberikan untuk :
·
Menghambat reaksi inflamasi
·
Mencegah komplikasi infeksi
·
Menurunkan edema serebri
·
Mencegah perlekatan
·
Mencegah arteritis / infark otak.
3.
Indikasi
·
Kesadaran menurun
·
Defisit neurologis fokal.
4.
Dosis
Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 x 5 mg
intravena selama 2-3 minggu, selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi
yang sering terjadi pada meningitis adalah peningkat TIK yang menyebabkan
penurunan kesadaran .Komplikasi lain pada meningitis yaitu disfungsi
neurology,disfungsi saraf kranial (N.C III,IV VII atau VIII ),hemiparesis
,dysphasia dan hemiparesia. Mungkin juga dapat terjadi syok, gangguan
koagulasi, komplikasi septic (bacterial endokarditis) dan demam yang terus –
menerus. Hidrosefalus dapat terjadi jika eksudat menyebabkan adhesi yang dapat
mencegah aliran CSF normal dari ventrikel. DIC (Dimensi Intravascular
Coagulation) adalah komplikasi yang serius pada meningitis yang dapat
menyebabkan kematian (Lewis, 2005).
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN MENINGITIS
A. PENGKAJIAN
1.
Anamnesa
a) Identitas
pasien.
b) Keluhan utama : sakit kepala dan demam
c) Riwayat
penyakit
·
Riwayat Penyakit sekarang
Harus
ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti sakit kepala, demam, dan
keluhan kejang. Kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk, bagaimana
sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering menimbulkan kejang.
·
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat sakit TB paru, infeksi jalan napas bagian
atas, otitis media, mastoiditis, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala
dan adanya pengaruh immunologis pada masa sebelumnya perlu ditanyakan pada
pasien. Pengkajian pemakaian obat obat yang sering digunakan pasien, seperti
pemakaian obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis antibiotic dan reaksinya
(untuk menilai resistensi pemakaian antibiotic).
·
Riwayat psikososial
Respon emosi
pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting untuk menilai
pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran pasien dalam
keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari
harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
2.
Pemeriksaan
Fisik
a) B1 : Peningkatan kerja pernapasan pada fase
awal
b) B2 : TD meningkat, nadi menurun, tekanan
nadi berat (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat
vasomotor), takikardia, disritmia (pada fase akut) seperti disritmia sinus
c) B3 : afasia/ kesulitan dalam berbicara, mata
(ukuran/ reaksi pupil), unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya
(peningkatan TIK) nistagmus (bola mata bergerak-gerak terus menerus), kejang
lobus temporal, otot mengalami hipotonia/ flaksid paralysis (pada fase akut
meningitis), hemiparese/ hemiplegi, tanda Brudzinski (+) dan atau tanda kernig
(+) merupakan indikasi adanya iritasi meningeal (fase akut), refleks tendon
dalam terganggu, babinski (+), refleks abdominal menurun/ tidakl ada, refleks
kremastetik hilang pada laki-laki
d) B4 : Adanya inkontinensia dan/atau retensi
e) B5 : Muntah, anoreksia, kesulitan menelan
f) B6 : Turgor kulit jelek.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Analisa
Data
a) Analisa Data
Etiologi Masalah Keperawatan
·
DS :
mengeluh nyeri, depresi (sampai memukul-mukul kepala)
·
DO :
skala nyeri (0-10), karakteristik (berat, berdenyut, konstan), lokasi, lamanya,
faktor yang memperburuk Bakteri, fungi, virus, trauma kepala, infeksi sistemik
b) Invasi ke
SSP melalui aliran darah. Inflamasi Nyeri
·
DS : demam
·
DO : hipertermi
(> 36-370 C), kulit memerah, frekwensi nafas meningkat, kulit hangat bila
disentuh, takikardi Bakteri, fungi, virus, trauma kepala, infeksi sistemik
Invasi ke SSP melalui aliran darah
Invasi ke SSP melalui aliran darah
c) Exudat
menyebar Resiko tinggi penyebaran infeksi sekunder.
·
DS: Nyeri kepala, Pusing, kehilangan memori, bingung,
kelelahan, kehilangan visual, kehilangan sensasi
·
DO: Bingung / disorientasi, penurunan kesadaran,
perubahan status mental, gelisah, perubahan motorik, dekortikasi, deserebrasi,
kejang, dilatasi pupil, edema papil ↑ permeabilitas kapiler
d) Risiko
tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral
DS:-
DO: pasien mengalami kejang, gangguan motorik, ataksia. Difusi ion K dan Na.
DS:-
DO: pasien mengalami kejang, gangguan motorik, ataksia. Difusi ion K dan Na.
e) berkurangnya
koordinasi otot Risiko tinggi terhadap trauma
·
DS :
merasa lemah
·
DO : pasien
terlihat pucat dan lemah pe ↑ volume cairan interstisial, peningkatan TIK.
f) Gangguan kesadaran
Gangguan mobilitas fisik
·
DS :
Klien mengeluh frustasi.
·
DO :pasien
mengalami kebingungan, emosi yang berlebihan, frustasi, disorientasi realitas
Peningkatan TIK.
2.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a) Nyeri b.d
proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi
b) Risiko terhadap Cedera b.d perubahan
fungsi otak sekunder terhadap penurunan kesadaran.
c) Risiko Perubahan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh b.d
menurunnya napsu makan sekunder terhadap mual dan muntah
menurunnya napsu makan sekunder terhadap mual dan muntah
d) Risiko
tinggi terhadap trauma b.d kejang umum/fokal, kelemahan umum, vertigo
C. RENCANA KEPERAWATAN
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN/NIC
|
INTERVENSI/NOC
|
1
|
Nyeri b.d proses inflamasi, toksin
dalam sirkulasi
|
nyeri teratasi dengan menunjukan
tanda2 nyeri terkontrol. |
Pantau berat ringan nyeri yang dirasakan dengan
menggunakan skala nyeri.
Rasional : mengetahui tingkat nyeri yang diraskan shg memudahkan pemberian intervensi.
Pantau saat muncul awitan nyeri
Rasional : menghindari pencetus nyeri merupakan salah satu metode distraksi yang efektif.
Delegatif dalam pemberian analgetik,kortikosteroid atau
steroid Rasional: membantu mengurangi spasme otot yg menimbulkan
kaku kuduk |
2
|
Risiko terhadap Cedera b.d perubahan fungsi otak sekunder
terhadap penurunan kesadaran.
|
Cedera tidak terjadi
|
Beri posisi tidur yang aman untuk anak
Rasional : meminimalkan kemungkinan cedera
Anjurkan ortu untuk melakukan pendampingan
Rasional : melakukan pengawasan terutama saat anak gelisah
Pasang palang pengaman tempat tidur dan hindarkan benda2
yang dapat membahayakan terutama jika anak tiba2 kejang Rasional : meminimalkan kemungkinan cedera |
3
|
Risiko Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d
menurunnya napsu makan sekunder terhadap mual dan muntah |
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak
terjadi. |
Hindari makanan yang memperburuk mual dan muntah
Rasional : meminimalkan mual dan muntah
Anjurkan
menyajikan diet dalam keadaan hangat
Rasional : makanan hangat meminimalkan risiko muntah
Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering terutama
jika anak harus terpasang NGT
Rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi karena kesulitan asupan lewat oral |
4
|
Risiko
tinggi terhadap trauma b.d kejang umum/fokal, kelemahan umum, vertigo
|
Dapat
mengurangi resiko trauma, ditandai dengan tidak ada kejang, vertigo.
|
Pertahankan penghalang tempat
tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas buatan
Melindungi pasien bila terjadi kejang
Tirah baring selama fase akut
Menurunkan resiko terjatuh/trauma ketika terjadi vertigo, sinkop, atau
ataksia
Berikan obat : venitoin, diaepam,
venobarbital.
Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang. |
BAB
IV
KESIMPULAN
Berdasarkan
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa meningitis adalah suatu inflamasi
meningen yang juga dapat menyebar ke arakhonoid dan subarakhonoid pada otak dan
spinal cord, yang disebabkan oleh bakteri , virus jamur atau protozoa.
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam
organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor
predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau
sum-sum tulang belakang. Komplikasi
yang sering terjadi pada meningitis adalah peningkat TIK yang
menyebabkan penurunan kesadaran. Tanda dan gejala awal biasa seperti Nyeri
kepala, Panas
tinggi, mual, muntah, gangguan pernapasan, kejang, nafsu makan berkurang, minum
sangat berkurang.
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1999
Kapita Selekta Kedokteran FKUI, Penerbit: Media
Aesculapius, Jakarta, 1999
Brunner / Suddarth, Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000
Indah. P, Elizabeth. 1998. Asuhan Keperawatan Meningitis.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit.
Jakarta : EGC.
Carpenito
L. J. ( 2000 ) Diagnosa Keperawatan ,Edisi 6. Jakarta : EGC
Mansjoer
Arif. (2000) Kapita Selekta Kedokteran,Jilid 2.Jakarta : EGC
Ngastiyah.
(1997)Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Wilkinson
M. J. ( 2007 ) Buku Saku Diagnosis Keperawatan .Jakarta : EGC
I really appreciate DR AKHIGBE,my name is LAURIE HUGHES . I will never stop testifying DR AKHIGBE , Happiness is all i see now I never thought that I will be cured from HIV virus again. DR AKHIGBE did it for me I have been suffering from a deadly disease (HIV) for the past 2 years now, I had spent a lot of money going from one place to another, from churches to churches, hospitals have been my home every day residence. Constant checks up have been my hobby not until this faithful day, I saw a testimony on how DR AKHIGBE helped someone in curing his HIV disease in internet quickly I copied his email which is drrealakhigbe@gmail.com just to give him a test I spoke to him, he asked me to do some certain things which I did, he told me that he is going to provide the herbal cure to me, which he did, then he asked me to go for medical checkup after some days, after using the herbal cure and i did, behold I was free from the deadly disease,till now no HIV in me again he only asked me to post the testimony through the whole world, faithfully am doing it now,all the testimony of DR AKHIGBE is true please BROTHER and SISTER, MOTHER and FATHER he is great, I owe him in return. if you are having a similar problem just email him on drrealakhigbe@gmail.com or you can whats App his mobile number on +2348142454860 He can also cure these diseases like HIV and AIDS HERPES,DIABETICS,CANCER, HEPATITIS A&B,CHRONIC DISEASES, ASTHMA, HEART DISEASES, EXTERNAL INFECTION, EPILEPSY, STROKE, MULTIPLE SCLEROSIS, NAUSEA,VOMITING OR DIARRHEA,PARKINSON DISEASE,INFLUENZA,. COMMON COLD, AUTOIMMUNE DISORDER, MENINGITIS, LUPUS,ECZEMA,BACK PAIN, JOINT SCHIZOPHRENIA , PAIN.LOWER RESPIRATORY INFECTION. .ETC .please email drrealakhigbe@gmail.com or whats APP him ..+2348142454860 he is a real good and honest man.
BalasHapuswebsite... https:drrealakhigbe.weebly.com
Lucky Club Online Casino Site Review ᐈ 100% Up To
BalasHapusLucky Club is a UK based casino site that was launched in 2015. It is licensed and regulated by luckyclub the UK Gambling Commission.